Jumat, 19 Juni 2009

Boleh sombong asal....

Hari ini saya seperti menyadari sesuatu yang sangat berharga dalam bekerja. Selain saya menyadari bahwa saya masih berduka karena errornya flash disk saya juga kebodohan saya tidak memback up seluruh data di dalamnya.
Ceritanya nih...hari Sabtu nih....hari dimana uda pengen libur aja bawaannya. Dan saya memperhatikan siapa saja the morning person di kantor saya. Setiap pagi saya selalu melihat bahwa yang datang pagi itu kalau tidak saya biasanya penyiar pagi (itu dah pasti), dan mas Deka si programmer sister radio Jogja Family. Abis itu biasanya disusul sama mas Boma asisten PD alias atasan saya yang duduknya di depan saya persis.
Pagi ini saya menyadari kalo beberapa rekan kerja saya yang dulunya pernah satu kantor di radio tetangga itu kok kalo datang selalu mepet jam kantor. Seperti mas B dan mas T. Dulunya mereka itu sekantor di radio tetangga, sama-sama radio anak muda, yang sama nyantainya. Dulunya juga posisinya mereka adalah senior dan salah satunya di middle management. Uda datangnya mepet , pulangnya dunk selalu tepat waktu. Itu terjadi pada mas T.
Teman penyiar saya bercerita...
" Mbak..dulu mas T itu kalo dikantornya yang lama....orangnya paling galak kok"

"Galak gimana? "

" Ya , dulu kalo skrip iklannya jelek , ga sesuai harapannya dia...si scriptwriternya bakal disuruh ngulang bikin. Paling parah lagi kadang iklannya ga dibuatin"

" oh gituuu.. Tetapi disini dia ga begitu ." jawab saya yakin.

Kenapa eh kenapa? Karena ritme kerja dan budaya kerja baru yang menuntut dia bekerja sesuai aturan di perusahaan baru. Klo di tempatnya dulu mungkin dia bisa nyantai tetapi di tempatnya yangbaru...dia baru jadi anak bawang. Walau saya akui kemampuan dia sangat baik.
Fakta berbicara kalau di kantor saya itu rata-rata orangnya perfeksionis semua. Perfeksionis ini ternyata menciptakan standar kualitas yang berbeda sama radio lainnya.
Rata-rata karyawan di tempat saya bekerja , menguasai banyak keahlian disamping yang menjadi job desk nya. Semakin banyak yang dikuasai semakin tinggi statusnya di kantor. Ini memang hukum alam yang tejadi di setiap perusahaan yang sepertinya belum disadari oleh beberapa kerja saya contohnya mas T tadi.
Mas T emang jago sebagai orang produksi, tapi sebatas mengedit atau mixing saja. Pengetahuan dia soal musik backsound iklan juga mantab deh. Tetapi keinginan untuk mengejar kemampuan yang lebih itu belum ada. Padahal dia sadar kalo dia dituntut lebih untuk menguasai banyak hal di kantor. Hal ini saya ceritain sama teman penyiar saya tadi .

"kamu tahu tidak di radionya dulu boleh saja dia hebat...tapi kalo masuk tempat kita dia jadi anak bawang lagi lho"

" kok bisa...padahal dia pintar ? " tanya teman saya.

" Iya dia memang pintar tapi untuk 1 hal saja. Dia memang tugasnya garap iklan, tapi dia lemah di beberapa hal. Contohnya dia ga bisa bikin skrip iklan, dia ngeditnya masih kasar, administrasinya untuk filing order aja berantakan. Saking berantakannya kadang ada order iklan nyelip yang ga dibikin"

" masa sih....."

" iya....trus manage waktunya berantakan abis. kalo dia nyadar banyak kerjaan. dia bisa datang lebih pagi atau pulang lebih malam. Khan hitungannya lembur juga."

Kalo kata kasarnya adalah diluar sana mungkin kamu hebat tetapi begitu masuk ke kantor saya yang ada hanyalah jadi orang bodoh. ^_^ Ya penyiar di tempat saya harus sanggup multitasking juga. Mulai dari perencanaan program, produser , sampai filing atau rekap sms pendengar. Saya sendiri uda sibuk jadi reporter tapi terkadang saya membantu perencanaan program, bikin insert, produser, sampe bikin script iklan. hahahaha.
Pelajaran yang saya ambil adalah tidak ada salahnya belajar lebih banyak saat kesempatan itu ada. Jangan lupa penuhi dulu tuntutan kerja dari perusahaan. Minimal menyesuaikan standar kerja dengan perusahaan yang baru. Karena standar setiap perusahaan itu berbeda. Hal ini juga menjawab pertanyaan "Apakah lama di suatu perusahaan itu wajar?" . Jawabanya sih wajar saja...asal kamu berkembang di perusahaan itu. Boleh deh sombong asal memiliki kemampuan yang bisa diunggulkan.
Teman saya yang dulu PKL di tempat saya mengeluh tentang susahnya belajar di tempat saya. Padahal bukannya susah. Hanya saja karena perfeksionis itu dia terpaksa harus terus mengulang mengerjakan tugas biar dapat nilai sempurna. Apalagi dia dibimbing langsung sama mas Boma. Mas Boma adalah sosok perfeksionis paling kompleks di tempat saya. Orang yang kemampuannya tidak diragukan lagi deh. Dia dulu di bagian kreatif. Tetapi dia bisa siaran, bikin iklan, bikin program, produser sampe marketing. Lengkap lah dia itu. Saking perfeksionisnya saya pernah take vocal untuk iklan sampai 20 kali take. ^_^ Tetapi jerih payah itu terbayar dengan memenangkan penghargaan pinasthika setiap tahunnya. Dan karena sering mengikuti ritme kerja orang2 perfeksionis ini, saya jadi lebih puas kalo hasil kerjaan saya itu dipuji orang2 ini. Kadang kalo take vocal sama mas T, saya berinisiatif sendiri take sampai bagus sekali. Padahal kata mas T , sudah cukup ok. hahahaha. Itu pun berlaku pada penyiar dan rekan kerja yang sudah lama di kantor. Bagi kami kerja keras itu sudah makanan sehari-hari. Kalo ada yang ga beres dalam pekerjaan rasanya ga puas. Well inilah yang dibutuhkan orang Indonesia ...sebuah sikap profesional di tempat kerja. Serius bekerja atau profesional itu bukan berarti kita ga pernah santai. Santai itu pasti hanya saja sambil serius belajar. Ga ada kata terlambat untuk belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar